Jumat, 13 Juni 2008

Mengenal lebih jauh tentang malaria

MALARIA

Malaria berasal dari bahasa Italia; Mala = Buruk, Aria = Udara adalah penyakit infeksi dengan demam berkala yang disebabkan oleh parasit Plasmodium yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Berbeda dangan nyamuk biasa (Culex) nyamuk ini menyengat pada malam hari dengan posisi khas yakni bagian belakang mengarah keatas dengan sudut 450

JENIS MALARIA DAN GEJALANYA

Malaria disebabkan oleh empat spesies protozoa keturunan Plasmodium, yang menimbulakan tiga jenis penyakit malaria, yaitu:

1. Malaria Tropikana.

Plasmodium falciparum adalah penyebab jenis malaria yang paling ganas. Bila tidak diobati penyakit ini akan mengakibatkan kematian dalam beberapa hari akibat adanya relatif banyak eritrosit (sampai 50%) rusak yang menyumbat kapiler otak. Gejalanya adalah berkurangnya kesadaran dan serangan demam yang tak menentu, adakalanya terus-menerus (suhu rektal di atas 480) dapat pula berkala tiga hari sekali. Tidak menimbulkan residif (kambuh) seperti jenis malaria lain. Seringkali bercirikan pembesaran hati dengan adanya penyakit kuning (ichterus) dan urin berwarna coklat tua atau hitam akibat hemolisa (‘blackwater fever’). Gejala lain adalah demam tinggi yang timbul mendadak, hemoglobinuria, hiperbilirubinanemia, muntah dan gagal ginjal akut. Malaria otak merupakan komplikasi malaria tropika dengan ciri cepatnya hilang kesadaran, timbulnya kejang-kejang, koma, dan kematian.

2. Malaria Tersiana

Disebabkan oleh Plasmodium vivax atau ovale. Ciri-cirinya demam berkala tiga hari sekali dengan pucak setalah 48 jam. Gejala lainya berupa nyeri kepala dan punggung, mual, pembesaran limfe, dan malaise umum. Tidak bersifat kematian, meskipun tanpa pengobatan seringkali kambuh kambali berhubung adanya Bentuk-EE sekunder.

3. Malaria Kwartana

Plasmodium malariae ini mengakibatkan demam bekala empat hari sekali dengan puncak demam setiap 72 jam. Gejalanya sama dengan tertiana. Residif juga sering terjadi karena bentuk-EE sekunder.

MASA INKUBASI.

Masa inkubasi untuk P. falciparum adalah 7-12 hari, P. ovalevivax 10-14 hari, dan P. malariae 4-6 minggu. Lama periode prodromal 3-5 hari dengan tanda-tanda penyakit apatis, seperti nyeri kepala dan mual, anoreksia, rasa letih dan sakit. Kemudian timbul serangan malaria primer yang khas seperti menggigil dan rasa sangan dingin disusul dengan panas dan demam sangat tinggi yang disertai keringan belimpah.

Seranganj panas dingin terdiri dari tiga fase, yaitu:

û Fase dingin berlangsung dari 30 menit sampai 1 jam karena timbulnya penyempitan pembuluh (vasokontriksi). Penderita menggigil karena merasa sangat dingin dan suhu badan meningkat sampai 410 C.

û Fase panas segera menyusul pada saat tubuh merasa sangat panas selam kira-kira 2-6 jam. Pada fase ini penderita sering mengigau (delirium).

û Fase keringat kemudian menyusul. Pada fase ini penderita merasa sangat letih dan ingin tidur.

SIKLUS HIDUP PARASIT.

Pada umumnya semua jenis plasmodium memiliki siklus hidup yang sama, yaitu sebagian didalam tubuh manusia(siklus aseksual) dan dalam tubuh Anopheles(siklus seksual)

1) Siklus aseksual dapat dipecah dalam dua bagian, yaitu :

a. Siklus hati. Penularan terjadi bila nyamuk betina yang terinfeksi parasit menyengat manusia dan dengan ludahnya menyuntikan “sporozoit” kedalam peredaran darah yang untuk selanjutnya bermukim dalam sel-sel parenchym dalam hati. Nyamuk jantan tidak menyengat karena hanya hidup dari tumbuh-tumbuhan.

b. Siklus darah (siklus eritrosit). Dari hati sebagian merozoit memasuki sel-sel darah merah dan berkembang disini menjadi trofozoit. Dalam eritrosit terjadi pembelahan aseksual pula (schizogoni)

2) Siklus seksual.

Setelah beberapa siklus, sebagian morozoit dalam eritrosit dapat berkembang menjadi bentuk-bentuk seksual betina dan jantan. Gametosit ini tidak berkembang lagi dan akan mati bila dihisap oleh anopheles betina. Didalam lambung nyamuk, terjadi penggabungan (pembuahan) dari gametosis jantan dan betina menjadi zigote, yang kemudian mempenetrasi dinding lambung dan berkembang menjadi ookista. Dalam waktu tiga minggu terjelmah banyak sporozoit kecil yang memasuki kelenjar ludah nyamuk. Bila nyamuk (betina) ini menyengat manusia, lengkaplah siklus hidup parasit. Dengan ini jelaslah bahwa gametosit merupakan sumber penularan baru.


OBAT-OBAT MALARIA.

Obat tertua untuk mengobati demam malaria adalah kulit pohon kina (Cinchona rubra). Baru pada tahun 1932 ditemukan obat yang sama khasiatnya, yaitu mepakrin yang terutama digunakan selama perang dunia ke II sewaktu tentara sekutu tidak menerima kinin dari indonesia. Pada tahun 1944, ditemukan kloroquin yang lebih ringan efek samping dan lebih cepat efek kuratifnya menggantikan mepakrin yang agak toksik. Pada tahun 1946 diintroduksi proguanil yang tidak hanya efektif terhadap bentuk darah (trofozoit) tapi juga terhadap bentuk hati. Dengan demikian proguanil dan primaquin sangat ampuh sebagai obat pencegah malaria. Kemudian dipasarkan pula derivat kloroquiun, amodiaquin (1950), pirimetamin (1952), mefloquin (1981), dan halofantrin (1985).

Mekanisme kerja.

Kloroquin mencegah dimakannya hemoglobin oleh parasit sehingga timbul kekurangan asam amino esensial untuk sintesis DNA-nya. Mefloquin sama mekanisme kerjanya dengan kloroquin. Proguanil dan pirimetamin adalah antagonis folat yang merintangi enzim yang merubah asam folat menjadi asam folinat sehingga sintesis DNA dan RNA plasmodium terganggu. Primaquin juga dapat mengikat DNA dan dalam tubuh nyamuk merombak menjadi asam yang bersifat oksidans dan lebih aktif terhadap parasit.

Penggolongan.

Berdasarkan titik kerjanya dalam tubuh (eritrosit atau hati), obat malaria dapat dikelompokan menjadi :

1. Obat schizontisid dalam kinin, kloroquin, halofantrin, mefloquuin, pirimetamin + sulfadoxin, dan artemeter. Berkasiat mematikan bentuk darah (schizont) dan digunakan pada serangan demam, juga untuk pencegahan (kecuali halofantrin). Senyawa ini tidak menghalangi infeksi eritrosit, namun menekan timbulnya gejala klinis (profilaksis supresif).

2. Obat schizontisid hati, proguanil, primaquin dan doksisiklin. Khusus digunakan sebagai profilaksis kasual, karena memusnahkan bentuk EE (merozoit dan hipnozoit) dalam sel-sel parenchym hati. Obat ini menghindarkan penetrasi kedalam eritrosit dengan demikian menghalangi serangan.

Penggolongan lain bertolak dari titik kerja obat pada siklus hidup parasit dan tujuan terapi yang dikehendaki, maka dibagi dalam 4 kelompok sebagai berikut :

1. Obat pencegah, profiaktika kasual: proguanil dan pirimetamin. Berkasiat terhadap bentuk EE- primer dalam hati dari P. falciparum, P. vivax, dan P. malariae hanya peka untuk sabagian. Primaquin juga aktif terhadap bentuk ini tetapi terlalu toksis untuk digunakan dalam jangka waktu lama sebagai obat pencegah.

2. Obat penyembuh/pencegah demam: kurativa/supressiva. Berkhasiat terhadap siklus darah mematikan trofosoit serta schizont dan mencegah gejala klinis. Artemeter dan kloroquin bekerja cepat, sedangkan kinin lebih lambat dan sering menimbulkan reistensi.

3. Obat pencegah kambuh, penyembuh radikal : primaquin. Obat ini mematikan bentuk EE-sekunder dari malaria tertiana dan kwartana. Primaquin adalah salah satu obat yang sangat efektif untuk terapi jangka singkat.

4. Obat gametosid, pencegah tesebarnya penyakit mematikan gametosit dalam darah pasien yang menyebabkan penularan dari menusia ke nyamuk. Primaquin dalam dosis kecil efektif dalam tiga hari, proguanil dan pirimethamin tidak mematikan gamotosit, tapi merintangi perkembangannya dalam tubuh nyamuk. Kloroquin bekerja gametosid terhadap P. vivax, P. ovale, P. malariae, tapi tidak terhadap P. falciparum. Kinin aktif terhadap gametosid P. vivax dan P. malariae

PENGOBATAN.

Pada umumnya penderita diberi analgetika dan antipiretika, seperti Asetocal dan Paracetamol. Untuk menanggulangi dehidrasi dan shock dapat diberi cairan dalam bentuk infus per oral (ORS). Malaria tersiana/kwartana biasanya ditanggulangi dengan kloroquin yang kerjanya cepat (2-4 hari). P. vivax yang resisten terhadap kloroquin perlu ditangani dengan mefloquin single dosis 500 mg p.c(4) (atau kinin maksimum 3 dd 600 mg selama 4-7 hari). Tetapi selalu disusul dengan prmaquin (15 mg/ hari selama 14 hari) untuk mematikan bentuk EE. Bila terdapat mual dan muntah perlu diberikan kinin secara intravena. Malaria tropika (berkompilasi) harus dimulai dengan kinin secara parental, kemudian disusul dengan pemberian oral.

Zat-zat tersendiri.

1. Kinin

Kinin adalah alkaloida utama dari kulit pohon kina (Cinchona rubra) yang berasal dari Amerika Selatan. Kinin memiliki banyak kegiatan yakni :

a. Anti Plasmodium. Kinin bekerja sebagai schizontisid darah kuat dan mematikan trofozoit dalam eritrosit. Zat ini juga aktif terhadap gametosit vivax dan malariae. Oleh karena itu kinin digunakan sebagai kurativum dan supervisum, terutama pada malaria tropika yang resisten untuk kloroquin (dan mefloquin). Kombinasinya dengan primaquin efektif untuk menyembuhkan secara radikal malaria tersiana dan kwartana yang sering kambuh. Pada serangan malaria tropikana yang mengancam jiwa dibarikan injeksi i.v.

b. Kerja antipiretis dan analgetika lemah. Khususnya pada nyeri otot dan persendian. Karena itu, dahulu kinin merupakan komponen dari banyak obat paten influenza. Kini sudah dianggap absolet karena toksisitasnya.

c. Kerja oksitosis, yakni kerja kontraksi atas rahim yang mengandung, terkenal sebagai obat pengguguran (abortivum). Tapi, efeknya sangat tidak dapat dipercaya, bahkan dosis sangat tinggi bersifat letal.

d. Spasmolitis, yakni efektif untuk meredahkan kejang-kejang malam dibetis.

Efek sampingnya, pada dosis biasa disebut cinchonisme dan berupa nyeri kapala, pusing, gangguan pendengaran, seperti berdengung (tunnitus), tremor, mual, dan menggigil. Pada dosis tinggi atau penggunaan lama terjadi ketulian dan gangguan penglihatan bahkan kebutaan.

2. Kloroquin : Nivaquuin, Resochin, Avloclor.

Senyawa 4-aminokinolon ini bekerja kuat dan cepat. Khasiat schizontisidnya terhadap bentuk darah (trofozoid) dari semua jenis malaria. Zat ini juga berdaya gametosid tehadap P. vivax dan P. malariae. Tidak aktif terhadap bentuk EE-sekunder. Kloroquin merupakan obat pilihan pertama sebagai kurativum. Efek sampingnya lebih ringan, selain itu kloroquin juga berkhasiat anti ameba (amebisid) dan anti radang (antiflogistis) karena itu obat ini juga dipakai pada infeksi ameba dan dahulu digunakan sebagai obat rematik.

Efek samping pada dosis biasa bersifat agak serius, tapi tak sering terjadi dan refersibel, yakni gangguan saluran cerna, kejang-kejang, sakit kepala, gatal-gatal, gangguan visus dan perubahan mental. Pada dosis tinggi (lebih dari 250 mg sehari) atau pengunaan lama efek sampingnya hebat, yakni rambut rontok, tuli dan kerusakan mata.

3. Mefloquin : Lariam.

Senyawa 4-kinolon sintesis ini berkasiat schizontisida darah dari semua plasmodium. Senyawa ini digunakan tehadap malaria yang resisten kloroquin dan kinin, juga sebagai obat profilaksis.

Efek samping pada dosis tinggi berupa gejala neuropsikis, seperti rasa takut, gelisah, agitasi, depresi, sukar tidur, nightmare, dan sukar konsentrasi.

4. Pimaquin

Senyawa 8-aminokinon ini merupakan obat satu-satunya yang berkhasiat mematikan bentuk EE-sekunder dari P. vivax dengan demikian dapat menimbulkan penyembuhan radikal. Zat ini juga aktif terhadap bentuk EE-primer terutama dari P. Falciparum, tapi kerjanya terlalu lambat sehingga tidak layak untuk terapi, selain itu bekerja gametosid pada semua jenis plasmodium, sehingga dapat mencegah penyebaran infeksi dari manusia ke nyamuk.

Efek samping pada dosis biasa agak ringan, sedangkan pada dosis agak besar dapat menyebabkan gangguan saluran cerna, nyeri kepala, gangguan penglihatan, dan gatal-gatal.

5. Proguanil : Kloroguanida HCl, Paludrine

Derivat biguanida ini adalah antagonis-folat, berkhasiat mematikan bentuk EE-Primer P. falciparum tapi tidak begitu aktif terhadap P. vivax. Juga tidak aktif terhadap bentuk EE-Seuknder, sehingga tidak dapat menghindarkan serangan “delayed” dari P. vivax. Sebagai schizontisida darah, efeknya jauh lebih lemah daripada kloroquin dan kinin sehingga kurang efektif terhadap serangan malaria akut.

Efek sampingnya jarang dan ringan, berupa muntah, stomatisitis, dan anoreksia. Dari semua obat malaria proguanil paling tidak toksik

6. Pirimethamin : Darapim, Fansidar

Derivat pirimidin ini memiliki rumus yang berkaitan dengan gugusan biguanida dari proguanil. Atas daya gametosidanya pirimethamin digunakan juga pada pemberantasan malaria tersianadan kwartana didaerah endemis. Obat ini tidak aktif terhadap gametosit falciparum sehingga digunakan primaquin.

Efek samping pada penggunaan satu kali seminggu hanya ringan. Pada dosis yang lebih besar dapat terjadi gangguan saluran cerna, sedangkan pada penggunaan lama terjadi depresi sumsum tulang dan anemia tertentu akibat defisiensi asam folat

7. Halofantrin : Halfan

Senyawa fenantrenaminoalkohol ini berkhasiat schizontisid darah kuat terhadap semua plasmodia. Tidak memiliki daya kerja gametosid atau schizontisid hati, sehingga tidak efektif terhadap bentuk EE. Halofantrin terutama digunakan untuk pengobatan malaria yang diakibatkan oleh P. falciparum yang resisten terhadap obat malaria lainnya.

Efek samping terdiri dari nyeri perut, mual, diare, dan gatal-gatal.

Jarang teradi aritmi ventrikuler berbahaya yang fatal, maka pasien jantung sebelumnya perlu membuat elektrokardiogram.

8. Artemeter

Senyawa benzodioxepin ini adalah derivat semisintesis dari artemisin yang terkandung dalam tumbuhan Cina Qinghaosu (Sweet wormwood, Artemisia annua). Sejak abad keempat digunakan untuk mengobati wasir dan penyakit demam termasuk malaria. Tapi pada tahun 1972 zat aktif artemisin diisolasi dan ditentukan struktur kimianya. Berkhasiat schizont darah dari P. falciparum dan vivax, juga yang multiresisten. Khasiat artmisin ini berdasarkan dua langkah; pertama, jembatan endoperoksida didalam molekulnya dibuka sehingga terbentuk radikal bebas (RB). Pada fase kedua parasit dimusnakan oleh RB ini dengan jalan mengalkilasi proteinnya. “penangkap” RB (antioksidansia) vitamin C,E dan asetilsistein mengurangi khasiat antimalarianya.

Efek samping pada pemakaian oral berupa mual, muntah dan sakit perut, intramaskuler nyeri ditempat injeksi. Pada dosis tinggi sekali bekerja neorukoksis.

CONTOH-CONTOH OBAT MALARIA

û AVLOCLOR, AstraZenca Tablet K, Sirop W

Kloroquin fosfat 250 mg/tblt; 50 mg/5 ml sirop.

In : Antimalaria.

û CENDOQUINE, Cendo T

Klorokina difosfat 250 mg setara dengan klorokina 150 mg/tblt.

In : malaria, amubiasis, lupus aritematosus, artritis reumatoid.

û DURAQUIN, Durafarma Jaya K

Tiap ml injeksi : klrokina difostaf 128 mg setara dengan klorokina 80 mg.

In : malaria.

û FANSIDAR, Roche K

Tiap tablet : sulfadiksin 500 mg, pirimetamina 25 mg.

In : Malaria.

Ds : Dosis tunggal dewasa : 3 tblt; anak kurang 4 th:½ tblt; 4-6 th : 1 tblt; 7-9 th : 1½ tblt; 10-14 th : 2 tblt. Semi umur – dewasa 2-3 tblt

û KINA, Kimia Farma B

Kinina sulfat heptahidrat 2 mg/tblt.

In : antimalaria

ES : telinga berdenging, sakit kepala, gangguan keseimbangan, penghilatan kabur, mual dan diare, reaksi alergi, gangguan hematologi, hemolisis, hipoprotrombinemia, purpura trombositopeni dan agranulositosis.

û MALAREX, Alphafarma T

Klorokuina difosfat 250mg/tblt.

In : malaria, hepatitis amubik, lupus eritematosus kronik, reumatoid artritis.

KI : penyakit hati, gangguan hastro intestinum, gangguan darah dan neurologik.

ES : sakit kepala ringan, ganggaun pencernaan, gangguan penglihatan, gatal-gatal.

û MEXAQUIN, Konimex K

Kloroquin difosfat 250 mg/tblt.

In : Malaria

û QUINAL, Harsen K

Klorokina sulfat setara dengan klorokina basa 150 mg/tblt; 300 mg/tblt forte.

In : Antimalaria

û QUINCAPS, Erela T

Kloroquin difostat 100mg/kpsl

In : malaria, hepatis amoebasis

ES : sakit kepala ringan, gangguan pencernaan, gangguan penghilatan,

Pirg/perh : Hati-hati penyakit hati; pemberian waktu panjang (dosis besar) harus dilakukan pemeriksaan optamologi sebelum & selama pengobatan.

û RESOCHIN, Bayer T

Klorokina difosfat 250 mg setara dengan klorokina biasa 150 mg/tblt.

In : pencegahan dan pengobatan malaria.

KI : Hipersensifitas, penyakit kalogen & kelainan mata, porfiria, dan psoriasis

û RIBOQUIN, Dexa Medica T

Klorkina difosfat 250 mg/tblt.

In : demam malaria, lupus eritomatosus, dan amubiasis di luar usus serta glardiasis. Pencegahan dan penyembuhan malaria.

KI : Defisiensi glukosa 6-fosfat-dehidrogenesa(gejala anemia hemolitik, favismus)

ES : Prutitus, berkurangnya selera makan ringanmual, sakit kepala, sukar tidur, gelisah, gatal yang bersifat reversibel.

û SULDOX, Alpharma K

Tiap tablet: Pirimetamina 25 mg, Sulfadoksin 500 mg.

In : Terapi malaria dimana malaria falciparum telah resisten terhadap kloroquin.

ES : kelelahan, gangguan saluran cerna, reaksi kulit dan agranulositosis.

KI : Hipersensitifitas, hati-hati pada anemia, fungsi ginjal/ hati yang kurang baik dan difisiensi asam folat, bayi umur dibawah 1 tahun, wanita hamil dan menyusui.

1 komentar:

Daendlez.Blogspot.com mengatakan...

Setelah gogling sana sini ahirnya nemu juga tentang demam malaria maksih bos inponya ternyata alumni bakti wiyata depan rsud gambiran mbandar Rs tempat keluarga ane ! baru pertama ke kalteng kena demam dah 3 hari mirip penjelasan di atas yowes tar pagi langsung meluncur ke Rs setempat ! ea klo kena sama si mala trus si ria mah asik tp klo kena malaria mah seyem bos ! matur nuwon